Senin, 16 Januari 2012

MANHAJ SALAAFUS SHALIH

Kenapa kita belajar manhaj salaf ?
Belajar tentang manhaj penting karena :
Karena permasalahan manhaj adalah permasalahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama dalam hal ilmu dan amal, entah dia selaku pribadi atau sebuah komonitas. Seseorang yang tidak punya manhaj dalam kehidupannya seperti orang yang membangun sebuah bangunan kemudian ia runtuhkan kemudian ia bangun kembali ia runtuhkan dan seterusnya karena mendapatkan berbagai masukan tentang bangunan yang dibangun dari orang lain. Orang yang tidak jelas manhajnya ia akan menekuni hari ini dengan banyak menghafal al qur’an, maka ketika orang-orang beralih kepada hadist dia akan tekuni ilmu hadist tersebut dan ia tinggalkan hafalan al qur’annya, ketika orang-orang menekuni ilmu fiqih ia akan imut menekuni dan ia tinggalkan belajar hadist dan seterusnya sehingga umurny habis untuk mencicipi berbagai hal yang tidak jelas. Maka dari itu manhaj sangat penting untuk menuntun seseorang pada satu jalan.
pentingnya manhaj yang kedua adalah, karena kita hidup di zaman kebangkitan islam dari berbagai seginya. Maka jika shohwah islamiyah ini tidak dituntun oleh manhaj syar’I tidaklah begitu bermanfaat untuk Islam. Gambarannya adalah seperti air hujan yang jatuh mengenai bangunan atau jatuh di padang pasir yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Berbeda ketika air hujan tersebut jatuh pada tumbuhan akan menjadikan tumbuhan tersebut subur dan tumbuh bersar. Demikian pula perkembangan islam ini jika tidak didasari manhaj yang benar maka tidak akan banyak berguna terhadap Islam dan bahkan menimbulkan syubhat baru bagi Islam.
Banyak kita jumpai orang-orang berbicara tentang manhaj. Akan tetapi mereka tidak memahami apakah itu manhaj ? apa yang diinginkan dengan manhaj ?, ketika ditanya tentang hal tersebut banyak yang tidak bisa berbicara karena memang belum memiliki ilmu tentangnya.



Ta’rif salafus shalih.
Secara Bahasa : salaf berasal dari kata : سلف , berarti : تقدم, مضى, سبق (mendahului, telah lewat/ yang lalu, terdahulu).
Orang Salaf yaitu orang terdahulu. والسلف : القوم المتقدمون فى السير
Dan salih berati : ذو خير (yang baik), sebagai deskripsi/sifat bagi kata salaf.
Secara Istilah : as-Salafus as-Shalih adalah tiga generasi pertama Islam pilihan, yaitu generasi Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut-Tabi’in.
وَالسَّابِقُونَ اْلأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ { التوبة : 100}
artinya : Dan as-Sabiqunal awwalun dari orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan ihsan, Alloh ridho kepada mereka dan mereka ridho kepada Alloh , dan Alloh menyediakan bagi mereka jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya . Itulah keberuntungan yang besar. ( at Taubah 100 )
عن عبد الله بن بسر قال: قال رسول الله : طوبى لمن رآني وطوبى لمن رأى من رآنى طوبى لهم وحسن مآب {رواه الطبراني} وفي رواية الحاكم : طوبى لمن رآني وطوبى لمن رأى من رآني وطوبى لمن رأي من رأي من رآني.
Dari Abdullah bin Busr radliyallahu ‘anhu Rasulullah saw bersabda : Keberuntungan bagi orang-orang yang melihatku, keberuntungan bagi orang yang bertemu dengan orang yang melihatku. Bagi mereka keberuntungan dan tempat kembali yang baik. .
Sedang dalam riwayat Hakim ; Keberuntungan bagi orang melihatku, keberintungan bagi orang yang bertemu dengan yang melihatku, keberuntungan bagi orang yang bertemu dengan orang yang bertemu dengan yang melihatku.
Manhaj Salaf adalah manhaj yang disebutkan oleh Rasulullah dalam hadits Iftiroqul Ummah :
ما انا عليه واصحا بي”” Yaitu Manhaj yang ditempuh oleh Nabi dan para Sahabat serta yang mengikuti mereka sampai generasi Tabi’in dan Tabi’ut-Tabi’in termasuk para Ulama’ Ahlus-Sunnah yang termasyhur dan terpercaya seperti Abu Hanifah, Imam Malik, Syafi’i, Ahmad, Bukhari, Muslim dan Ahlus-Sunan serta para Ulama’ pada masa itu yang tidak termasuk Ahli Bid’ah.
Manhaj ini dilanjutkan dan diserukan oleh para Ulama’ abad -abad berikutnya, seperti Ibnu Taimiyah, Ibnu Katsir, Ibnul Qoyyim, Adz-Dzahaby dan lain-lain dari para Ulama’ terpercaya yang berjalan diatas manhaj Salafus-Shalih sampai hari ini..
Salafiyah dalam perjalanan sejarah mencakup dua pengertian.
Pertama, Salafiyah adalah manhaj ilmu dalam berta’mul (berinteraksi) dengan dua sumber ilmu yaitu Al Qur an dan As Sunnah dengan bersandar sepenuhnya hanya kepada keduanya saja serta membuang jauh-jauh selain keduannya dalam menghukumi maksud dari gerak dalam hidup ini.
Kedua, Salafiyah sebagai gerak hidup, jalan dan tingkah laku dalam mengejewantahkan manhaj yang dimaksud. Maka bisa dikatakan Salafiyah adalah manhaj yang telah digariskan oleh generasi awal umat ini dari para Shahabat Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam baik dalam bentuk ilmu maupun amal itulah salafiyah dan demikian pula seharusnya kita berbuat dan beramal. Dan diantara rahmat Allah dengan manhaj Yang berupa manhaj ilmi dan amaly sekaligus yaitu bahwa manhaj ini telah ditegakkan oleh oran-orang berta’amul dengan manhaj ini dalam bentuk yang paling tinggi dan sempurna sehingga mereka menjadi manhaj dan manhaj adalah mereka. Sehingga dengan demikian nama manhaj ini selalu bergandengan dan melekat dengan syakhsiyah mereka, manhaj ini selalu dilekatkan dengan mereka karena mereka adalah para pendahulu (salaf) yang lebih dahulu dari semua orang dalam melaksanakan manhaj ini baik kadar maupun waktu.
Perintah untuk mengikuti mereka.
Ibnul Qoyyim berkata : Ittiba’ terhadap salafusshalih adalah berpegang teguh terhadap jalan dan manhaj-manhaj mereka
وَالسَّابِقُونَ اْلأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ {100}
artinya : Dan as-Sabiqunal awwalun dari orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan ihsan, Alloh ridho kepada mereka dan mereka ridho kepada Alloh , dan Alloh menyediakan bagi mereka jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya . Itulah keberuntungan yang besar. ( at Taubah 100 )
وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَاتَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَاتَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَآءَتْ مَصِيرًا {115} النساء
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali”. (QS. 4:115)
عليكم بسنتي وسنةالخلفاء الراشدين المهديين من بعدي عضوا عليها بالنواجد وإيّاكم ومحدثات الأمور فإنّ كلّ بدعة ضلالة {رواه ابو داود والترمذي وابن ماجة}
Rasulullah saw bersabda : “Hendaklah engkau berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafa’ur-Rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku, gigitlah dengan gigi gerahammu. Dan hati-hatilah terhadap perkara-perkara (dien) yang diadakan., Sesungguhnya setiap bid’ah itu kesesatan.”
عَنْ ابن مَسْعُود z قَالَ : مَنْ كَانَ مُتَأَسِيًا فَلْيَتَأَسَّ بِاَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ`فَإِنَّهُمْ كَانُوْا أَبَرُّ هَذِهِ الْأُمَّةِ قُلُوْباً وَأَعْمَقُهَا عِلْمًا وَأَقَلُّهَا تَكَلُّفًا وَأَقْوَمُهَا هَدْيًا وَأَحْسَنُهَا حَالًا. قَوْمٌ اِخْتَارَهُمُ اللهُ لِصَحْبَةِ نَبِيِّهِ وَإِقَامَةُ دِيْنِهِ فَاعْرِفُوا لَهُمْ فَضْلَهُمْ وَاتبَعُوْا أَثَارَهُمْ، فَإِنَّهُمْ كَانُوْا عَلَي الهُدَى الْمُسْتَقِيْم
Ibnu Mas’udradliyallahu ‘anhuberkata : Barang siapa yang ingin mengikuti seseorang hendaklah ia mengikuti para Sahabat Ra. Karena sesungguhnya hati mereka adalah sebaik-baik hati manusia. Ilmu mereka adalah sedalam-dalam ilmu manusia. Paling sedikit bebannya (tidak mengada-adakan urusan yang memberatkan mereka). Paling lurus jalan hidupnya dan paling baik akhlaqnya. Suatu kaum yang dipilih oleh Allah swt untuk menolong NabiNya dan menegakkan diennya. Maka akuilah Fadlilah mereka. dan Ikutilah atsar-atsarnya karena sungguh mereka berada diatas Sirotul Mustaqim.
قال إبراهيم النخعي رحمه الله : وَكَفَى عَلَى قَوْمٍ وِزْرًا أَنْ تُخَالَفَ أَعْمَالَهُمْ أَعْمَالَ أَصْحَابَ نَبِيِّهِمْ ` .
Ibrahim an-Nakho’i berkata : Cukuplah menjadi kejahatan suatu kaum, jika mereka menyelisihi perbuatan para Sahabat radliallahu ‘anhum.
Keutamaan as-Salaf us Shalih radliyallahu ‘anhum.
as-Salafus Salih adalah generasi Islam terbaik seperti yang telah di sabdakan Rasulullah saw :
خيرالناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم ثم يجيئ اقوام تسبق شهادة أحدهم يمينه ويمينه شها دته {البخاري و مسلم}
“Sebaik-baik adalah generasiku, kemudian generasi setelah mereka kemudian generasi setelah mereka, Kemudian datang suatu kaum yang kesaksiannya mendahului sumpahnya. Dan sumpahnya mendahului kesaksiannya”. (Bukhari-Muslim)
قال ابن قيّم الجوزية : إنّ الفتوى بالأثار السّلفية والفتاوى الصحابيّة أولي بالأخذ بها من أراء المتأخّرين وفتويهم، وإن قربها إلي الصّواب بحسب قرب أهلها من عصر الرسول صلوات الله وسلامه عليه وعلي أله، وإنّ فتاوى الصّحابة أولي أن يؤخذبها من فتاوى التابعين، وفتاوى التابعين أولي من فتاوى تابعى التابعين…
Ibnul Qoyyim berkata: Sesungguhnya fatwa dari atsar as-Salafus Salih dan fatwa-fatwa sahabat lebih utama untuk di ambil dari pada pendapat-pendapat dan fatwa-fatwa mutaakhirin ( orang belakang ). Karena dekatnya fatwa terhadap kebenaran sangat terkait dengan kedekatan pelakunya dengan masa Rasulullah Saw. maka fatwa-fatwa sahabat lebih didahulukan untuk di ambil dari fatwa-fatwa tabi’in dan fatwa-fatwa tabi’in lebih di dahulukan dari fatwa-fatwa tabiut-tabiin.
قال ابن رجب : فأفضل العلوم في تفسير القرآن ومعاني الحديث والكلام في الحلال والحرام ما كان مأثورا عن الصحابة والتابعين وتابعيهم وأن ينتهي إلي أئمة الإسلام المشهورين المقتدى بهم.
Ibnu Rajab berkata : Seutama-utama ilmu adalah dalam penafsiran al-Qur’an dan makna-makna hadits serta dalam pembahasan halal dan haram yang ma’tsur dari para sahabat, tabi’in dan tabiut-tabi’in yang berakhir pada Aimmah terkenal dan diikuti .
Manhaj Talaqqi as-Salaf as-Shalih
Masdar Talaqqi : Sumber pengambilan Ilmu adalah al-Qur’an, as-Sunnah dan Ijma’. Ibnu Taimiyah berkata : Dien kaum muslimin dibangun atas dasar: Mengikuti Kitabullah, Sunnah RasulNya dan Kesepakatan Ummat (Ijma’). Ini adalah tiga pokok/landasan yang maksum.
Beliau juga berkata : Ciri Ahlul Furqoh adalah menyelesihi al-Kitab, as-Sunnah dan Ijma’. Maka barang siapa yang berprinsip dengan al-Kitab, as-Sunnah dan Ijma’ adalah termasuk ahlus-Sunnah wal-Jama’ah.
Menafsirkan al-Qur’an dengan yang Ma’tsur. Yaitu ; Penafsiran yang berdasarkan manqul (pengambilan) shahih, dengan urut-urutan ; Tafsir al-Qur’an dengan al-Qur’an, al-Qur’an dengan as-Sunnah karena Sunnah sebagai penjelas dari Kitabullah lalu dengan riwayat dari para Sahabat, karena mereka adalah generasi yang paling tahu tentang Kitabullah. Lalu dengan perkataan kibarut- Tabi’in karena kebanyakan dari mereka mendapatkan tafsir tersebut dari Sahabat.
Hadits yang Sahih merupakan hujjah Syar’iyyah dalam beramal menurut Ijma’. Salaf tidak membedakan antara hadits mutawatir maupun ahad sebagai hujjah baik dalam masalah Aqidah atau Ahkam. . Mereka tidak mengotak-atik dengan ra’yu dalam memahami suatu hadits agar sesuai dengan seleranya.
Kedudukan Aqwal Sahabat. Amal dan qoul Sahabat adalah hujjah bagi para Tabi’in, juga menjadi hujjah bagi generasi sesudah tabi’in… Kecuali beberapa kelompok di antaranya ; Syiah al-Imamiyah, Khowarij dan Dhohiriyah… Ijma’ mereka merupakan hujjah menurut Ijma’ Ahlus-Sunnah. Sedangkan bila Sahabat berikhtilaf, maka para Tabi’in tidak keluar dari perkataan para sahabat.
Qiyas Sahih merupakan hujjah muktabar dalam masalah Ahkam. Ibnu Abdil Barr berkata : Tidak ada ikhtilaf dikalangan fuqoha’ dan seluruh Ahlis-Sunnah, ahlul-Fiqh dan ahlul-Hadits dalam menolak qiyas pada masalah tauhid, dan menerima dalam masalah Ahkam kecuali Dawud al-Asbahany (Dhohiriyah).
Nash yang Sahih tidak bertentangan dengan Akal sehat. Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah mendahulukan nash yang Sahih diatas Akal . Jika Nash dan Akal bertentangan, hanya ada dua kemungkinan. Nashnya yang tidak Sahih atau Akalnya yang rusak. Karena Nash yang Sahih tidak akan bertentangan dengan Akal yang sehat.
Tidak mewajibkan taqlid bagi setiap orang. Tidak mewajibkan ijtihad dan mengaharamkan taqlid bagi setiap orang, Juga tidak mewajibkan taqlid dan melarang ijtihad bagi setiap orang. Ijtihad diberlakukan bagi yang mampu, dan taqlid diberlakukan bagi yang tidak mampu.
Prinsip-prinsip Salaf :
1) Rukun Islam dan Iman. Salaf ber I’tiqod bahwa rukun Islam itu ada lima dan rukun Iman itu ada enam sesuai dengan nash qoth’y dan Ijma’ Ummat.
2) Mengitsbatkan Asma’ dan Sifat.
Sesungguhnya Ashabul hadits yang berpegang teguh kepada kitab dan sunnah menyaksikan keesaan Alloh. Mereka berma’rifah kepada-Nya melalui sifat-sifat-Nya yang Dia wahyukan atau yang disampaikan oleh Rosululloh shallallah ‘alaihi wa-sallam. Mereka mengitsbatkan seluruh sifat yang tersebut dalam al-qur-an dan hadits yang shohih seperti sifat pengdengaran, penglihatan, mata, wajah, ilmu, kekuatan, qudroh, ‘izzah, keagungan, murka, kehidupan, dan lain sebagainya dengan tidak menganggapnya serupa dengan sifat-sifat makhluq. Mereka berhenti pada dhohir yang difirmankan oleh Alloh ta’ala dan yang disabdakan oleh Rosululloh shallallah ‘alaihi wa-sallam. tanpa menambahkan, tidak menanyakan kaifiyahnya, tidak mentasybihkan, tidak menyelewengkan, tidak mengganti lafaldz yang dipahami oleh bangsa Arab dengan takwil yang mungkar.
3) Berkeyakinan bahwa al-Qur’an adalah Kalamullah.
Abu Ja’far at-Tohawy berkata : Bahwasananya al-Qur’an adalah Kalamullah, ia datang dariNya tanpa kaifiyah dalam (hal) bagaimana dikatakanNya, ia diturunkan kepada RasulNya sebagai wahyu. Orang-orang beriman membenarkannya dengan haq dan meyakininya bahwa ia adalah benar-benar kalamullah Ta’ala, bukan makhluk seperti perkataan manusia. Maka barang siapa yang mendengarkannya, lalu menganggap bahwa ia perkataan manusia, maka ia telah Kafir.
4) Iman itu mencakup perkataan dan perbuatan dan bahwa Iman itu bisa bertambah dan berkurang.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : Dan termasuk prinsip Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah, bahwa dien dan Iman itu mencakup perkataan dan perbuatan: perkataan hati dan lisan, serta perbuatan hati, lisan dan anggota badan. Juga bahwa Iman itu bertambah dengan ketha’atan dan berkurang dengan kemaksiyatan.
Imam Bukhari berkata : Aku telah bertemu dengan lebih dari seribu Ulama’ diberbagai negeri, tidak aku dapatkan seorangpun dari mereka kecuali menyatakan bahwa iman itu mencakup perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang.
5) Tidak ada yang Maksum kecuali Rasulullah shallallah ‘alaihi wa-sallam.
Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah menyatakan, tidak ada yang maksum dalam pandangan mereka selain Rasulullah shallallah ‘alaihi wa-sallam. Menurut mereka para Ulama’ tidaklah maksum. Akan tetapi semua orang diambil dan ditinggalkan perkataannya kecuali Rasulullah shallallah ‘alaihi wa-sallam.
6) Menghormati Sahabat :
Sikap Salaf terhadap perselisihan yang terjadi dikalangan Sahabat adalah diam dan mensucikan lisan mereka dari menyebut hal-hal yang bermuatan aib bagi mereka.
Dan bahwa masing-masing mereka adalah mujtahid. Jika benar mendapatkan dua pahala dan jika salah mendapatkan satu pahala.
Dan mereka mengasihi semuanya dan memberikan loyalitas pada mereka. (as-Salaf as-Shalih) menghormati dan mendo’akan istri-istri Nabi dan menyatakan bahwa mereka adalah Ummahatul Mukminin.
7) Prinsip dalam al-Wala’ wal-Bara’
Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah mendasarkan al-Wala’ dan al-Bara’ kepada al-Haq semata, yaitu kepada kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallah ‘alaihi wa-sallam. Bukan atas dasar suku (etnis), daerah, madzhab, syaikh, atau kelompok tertentu. Mereka menilai pribadi, kelompok ataupun perkumpulan dengan berdasarkan asas ini.
Barang siapa beriman wajib diberikan wala’ secara penuh dari golongan manpun ia… . Dan orang kafir, wajib diterapkan permusuhan secara penuh, dari golongan manapun ia. Adapun orang yang dalam dirinya terdapat keimanan dan kefajiran diberikan Wala’ sebatas keimanannya dan diberikan permusuhan sebatas kefajirannya.
8) Amar Makruf Nahi Munkar.
Ahlus-Sunnah adalah ahlu Amar Makruf dan Nahi Munkar dengan tetap menjaga al-jama’ah. Ini adalah pilar utama dan kaedah yang agung yang menjadikan mereka khoiru Ummah yang dikeluarkan bagi manusia. Mereka menegakkan urusan ini sesuai dengan kaidah-kaidah syar’i. Disaat bersamaan mereka tidak keluar dari pokok dan kaidah besar lainnya. Yaitu tetap menjaga keutuhan Jama’ah, menyatukan hati, kesatuan kalimat dan menjauhi perpecahan dan ikhtilaf.
9) Ketaatan kepada Amir.
Wajib mendengar dan ta’at kepada para Imam dan Amirul Mukminin yang adil maupun yang fajir. Tidak keluar (khuruj) darinya selama tidak memerintahkan kemaksiyatan.
Telah terdapat dalam nash-nash al Kitab, as-Sunnah dan Ijma’ Salaful Ummah bahwa Waliyyul Amri, Imam Shalat, Hakim, Amir Pasukan, Amil Zakat, Mereka ditaati dalam masalah-masalah Ijtihady. Bukannya ia yang menta’ati pengikutnya dalam masalah ijtihad tersebut, akan tetapi merekalah yang menta’atinya, dengan meninggalkan pendapat-pendapat mereka demi pendapatnya (amir). Karena maslahat jama’ah dan persatuan, mafsadah firqoh dan ikhtilaf, adalah urusan yang lebih besar dari pada masalah parsial yang sepele.
10) Jihad dan shalat di belakang Imam fajir.
Salaf ber-i’tiqod bahwa jihad dan haji dibelakang Imam yang baik ataupun yang fajir terus berlangsung sampai hari Kiamat.
Dan telah menjadi prinsip Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah bahwa jihad tetap dilaksanakan bersama penguasa yang baik maupun yang fajir. Karena sesungguhnya Allah memperkokoh dien ini dengan seseorang yang fajir dan dengan kaum yang tidak berakhlak.
11) Memerangi Orang yang menolak Syari’at Islam.
Ibnu Taimiyah berkata : Telah menjadi ketetapan dalam Kitab dan Sunnah serta Ijma’ ummat bahwasannya siapa saja yang keluar dari Syare’at Islam wajib diperangi walaupun dia mengucapkan syahadat.
Beliau berkata: Dan wajib mendahului untuk memerangi mereka setelah sampai dakwah Nabi saw kepada mereka atas ketetapan ini. Sedang apabila mereka mendahului menyerang kaum muslimin, maka kewajiban memerangi mereka bertambah kuat.
12) Tidak menggampangkan takfir .
Berbeda dengan Murji’ah, Khowarij dan Mu’tazilah, salaf tidak mengatakan bahwa pelaku dosa besar adalah kafir, selama ia tidak menghalalkannya. Mereka juga tidak mengatakan bahwa perbuatan maksiat tidak membahayakan iman. Salaf juga berpendapat jika orang-orang yang berbuat dosa besar mati dalam keadaan beriman, mereka tidak kekal di neraka.
13) Tidak meninggalkan sholat di belakang ahlul Qiblah.
Ahlussunnah wal jama’ah tetap melaksanakan shalat dibelakang imam yang baik ataupun yang fajir dari kalangan Ahli kiblat. Demikian juga dengan menshalati janazahnya.
14) Sikap terhadap Ahlul Bid’ah.
Kewajiban Ahlus-Sunnah terhadap Ahlul Bid’ah adalah menjelaskan keadaan mereka, mengingatkan ummat akan bahayanya, menyiarkan Sunnah dan menerangkannya kepada kaum muslimin, kemudian mengenyahkan kebid’ahan serta mencegah kezhaliman dan permusuhan mereka (Ahlul-Bid’ah). Semua itu dimanifestasikan dengan tetap berpijak pada keadilan serta berdasarkan Kitab dan Sunnah.
Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah didalam mensikapi Ahlul Bid’ah yang menyembunyikan kebid’ahannya, tidaklah sama dengan sikap mereka terhadap Ahlul Bid’ah yang menyiarkan atau menyerukan kebid’ahannya. Seorang yang menyiarkan atau menyerukan kebid’ahan, bahayanya merembet kepada orang lain. Karena itu wajib di cegah, diingkari dan pelakunya diberi pelajaran (iqob) baik berupa isolasi atau yang lain sampai ia jera (meninggalkannya). Adapun yang menyembunyikan kebid’ahan maka diingatkan secara sembunyi-sembunyi dan dirahasiakan.
Semua sikap yang diambil oleh ahlus-Sunnah wal-Jama’ah ini tidaklah menghalangi mereka dari mendo’akan ahli Bid’ah agar mendapatkan hidayah, rahmat atau ampunan selama belum diketahui kemunafikan dan kekafiran bathin mereka.
15) Tawassuth dan I’tidal.
Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah adalah ahlu Tawassuth dan I’tidal. Diantara ifrath (terlalu berlebihan) dan tafrith (melalaikan), dan diantara sikap ghuluw (berlebihan) dan sikap Jufa` (melalaikan). Mereka berada ditengah (jika disejajarkan dengan) firqah-firqah Ummat. Sebagaimana Ummat berada ditengah (jika disejajarkan dengan) millah-millah yang lain.
(Dalam masalah sifat Allah) mereka berada diantara Ahlut-Ta’thil, Jahmiyah dan Ahlut-Tamtsil, Musyabbihah. (Dalam masalah Af’al Allah) mereka berada diantara Qodariyah dan Jabariyah. Demikian pula (dalam masalah ancaman Allah), mereka berada diantara Murji’ah dan Wa’idiyah , Qodariyah dan yang selain mereka. Adapun (dalam masalah Iman dan Dien), mereka berada diantara Haruriyah (khowarij) dan Mu’tazilah, dan diantara Murji’ah dan Jahmiyah. Adapun dalam (mensikapi para Sahabat Rasulullah shallallah ‘alaihi wa-sallam) mereka berada diantara Rafidlah dan Khawarij.
Penutup
Dari pemaparan di atas, tampak jelas bahwa manhaj as-Salaf as-Shalih adalah pegangan yang harus dijadikan oleh mereka yang berjuang atas nama Islam, sebagai bingkai yang melatarbelakangi, memotivasi dan mengarahkan semua derap langkah. Sehingga mencapai tujuan perjuangan yaitu li-i’laai kalimatillah.
Tiga generasi itu berada pada posisi puncak yang terjaga dari kesesatan. Generasi yang terpercaya dari segi ilmu, amal dan perjuangan. Mereka telah terbukti sebagai pembawa panji-panji Islam ke seluruh jagad raya tanpa pamrih. Pendeta-pendeta di malam hari dan singa-singa di siang hari. Berjuang tiada mengenal lelah. Prinsip mereka mentauhidkan Allah subhanahu wa ta’ala ; menyerahkan totalitas kehidupannya kepadaNya dan mengikuti jejak Rosulullah shollahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan susah dan gembira. Mereka meyakini bahwa bangunan Islam harus berdiri, yang asasnya tauhid, tiangnya sholat dan puncaknya adalah jihad fi sabilillah. Mereka selain mengerjakan yang wajib, cinta kepada segala pintu kebaikan ; berpuasa sunnah, qiyamullail, bersedekah, membaca al Qur’an dengan tadabbur, banyak bedzikir dalam segala kondisi, menjaga hati dari segala hal yang dapat merusaknya, menjaga lisan dari ucapan-ucapan yang tidak bermanfaat, lebih senang menyalahkan diri sendiri daripada menyalahkan orang lain, sehingga banyak didapat ucapan mereka :
” يا ليتني شجرة تعضد… !”
“Alangkah baiknya kalau aku jadi sebuah pohon yang dipotong saja… !”
Mereka sibuk dengan berbagai kebajikan yang dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka jauh dari hawa nafsu yang membelenggu, karena mereka meyakini :
المحبوس من حبس قلبه عن ربه تعالى والمأسور من أسره هواه.
Yang disebut sebagai orang yang terpenjara adalah orang yang hatinya terpenjara (sehingga tidak dapat berhubungan dengan) Robbnya ta’ala. Dan yang disebut sebagai orang yang tertawan adalah orang yang ditawan oleh hawa nafsunya.
Mereka jauh dari perbuatan bid’ah dan ahli bid’ah, selain jauh dari dosa dan maksiat. Lihatlah ucapan Abdullah bin al Mubarok rahimahullah :
رأيت الذنوب تميت القلوب و قد يورث الذلّ إدمانها
وترك الذنوب حياة القلوب وخير لنفسك عصيانها
وهل أفسد الدين إلاّ الملوك و أحبار السوء و رهبانها
Aku melihat dosa-dosa itu mematikan hati
Terus bergumul dengannya hanyalah mengakibatkan kehinaan
Dan meninggalkan dosa-dosa itu hidupnya hati
Untuk dirimu, yang terbaik adalah menjauhinya
Tak ada yang merusak dien, selain para raja (yang dholim)
Dan para pendeta serta rahib yang busuk (ulama ‘ su’)
Generasi as Salaf adalah generasi yang menjunjung persaudaraan dan persatuan umat Islam, ruhama’ antar mereka, dan tegas serta keras terhadap orang kafir. Mereka senantiasa berjihad fi sabilillah, karena ia perisai umat Islam dari kehinaan sekaligus pembawa kejayaaan Islam, itulah di antara ibadah mereka :
عليك بالجهاد فإنه رهبانية الإسلام
Hendaklah kamu berjihad, karena sesungguhnya Jihad Adalah kerahiban Islam.
Hati mereka terikat selalu dengan al-Qur’an, karena ia dapat meluluh-lantahkan kekerasan. Lihatlah satu contoh yang disampaikan oleh shohaby Jubair bin Muth’im radliyallahu ‘anhu :
عن جبير بن مطعم قال : سمعت ر
سول الله ص م يقرأ في المغرب بالطور فلما بلغ هذه الأية : { أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَىْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ {35} أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ بَل لاَّيُوقِنُونَ {36} أَمْ عِندَهُمْ خَزَآئِنُ رَبِّكَ أَمْ هُمُ الْمُصَيْطِرُونَ {37} كاد قلبي أن يطير.
Aku mendengar Rasulullah saw membaca surat at-Thuur dalam shalat maghrib. Ketika sampai ayat “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri (Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan( Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Rabbmu atau merekakah yang berkuasa “? hampir- hampir hatiku terbang.
Ringkasan amalan para sahabat yang menjadi tolak ukur bagi kita adalah, sebagaimana yang dibawakan oleh Imam al Auza’y rahimahullah :
خمس كان عليه أصحاب النبي ` : لزوم الجماعة و اتباع السنة و عمارة المسجد وتلاوة القرآن وجهاد في سبيل الله.
Ada lima perkara yang dipegang erat oleh para sahabat Nabi shollahu ‘alaihi wasallam muhammad shollahu ‘alaihi wasallam : Konsisten terhadap al Jama’ah, mengikuti sunnah, memakmurkan masjid, membaca al Quran dn jihad fi sabilillah.
Kita perlu menginspeksi diri dan membangun perjuangan Islam kita di atas garis as-Salaf . Meskipun masa kita sekarang ini penuh kejahiliyahan, akan tetapi hal itu adalah tanggung jawab kita untuk merubahnya. Ingatlah nasehat Imam asy Syafi’y rahimahullah :
نعيب زماننا والعيب فينا وما لزماننا عيب سوانا
Kita ini mencela zaman kita, padahal aib itu ada pada diri kita,
Bahkan zaman kita ini tidak mempunyai aib selain kita.
Dan senantiasa kita camkan bahwa awal perjuangan kita adalah menundukkan diri kita agar sesuai dengan Islam, sebagaimana nasehat Ali bin Abi Tholib radliyallahu ‘anhu :
ميدانكم الأول أنفسكم فإن انتصرتم عليها كنتم على غيرها أقدر و إن خذلتم فيها كنتم على غيرها أعجز فجربوا معها الكفاح أولا.
Medan kamu yang pertama adalah diri kalian. Jika kamu telah berhasil menundukkannya, untuk menundukkan yang lain kamu akan lebih mampu. Begitu juga jika kamu gagal menundukkannya, kamu lebih lemah untuk menundukkan yan lain. Untuk itu cobalah bergelut dengan diri terlebih dulu.
Kita perlu mengembangkan ilmu dan amal serta menjauhkan diri dari perdebatan-perdebatan yang tidak bermanfaat, karena hal itu menyia-nyiakan waktu dan membuat hati semakin keras. Para as Salaf sepakat bahwa :
إذا أراد الله بعبد شرّا أغلق عنه باب العمل و فتح عليه باب الجدل
Jika Allah subhanahu wa ta’ala menghendaki kesengsaraan bagi seorang hamba, Ia akan menutup pintu amal baginya dan membukakan pintu jidal (debat) baginya.
Semoga kita semua diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala petunjuk ke jalan yang lurus sampai akhir hayat dengan husnul khotimah, dan diberikan kemudahan untuk berjalan di atas garis Rosulullah shollahu ‘alaihi wasallam dan para ulama as-Salafus Shalih demi mencapai ridlo Allah subhanahu wa ta’ala semata
والله أعلم بالصواب

Tidak ada komentar:

Posting Komentar